Kultum Subuh

Karena hari ini adalah hari kemerdekaan kita tepatnya 17 Agustus 2007, kultum subuh pun bahas tentang hari kemerdekaan, yang bisa kita nikmati hari ini dan Insya Allah untuk seterusnya. Dari isi kultum subuh tadi pagi bahwa kita jangan terlena dengan hari 17 ini, karena yang 17 sehingga yang 17 terlupakan jangan sampai, boleh saja kita bergembira hari ini, boleh saja kita merayakan kemerdekaan dengan acara yang tidak melanggara syariat Islam, tapi yang 17 ini jangan terlupakan, sholat, karena gembira merayakan kemerdekaan jangan sampai kita lupa akan sholat.

Di akhir kultum bersama-sama membaca Surat Al-Fatihan untuk para Pahlawan yang Seiman, semoga perjuangan untuk menegakkan Syariat Islam di Indonesia segera bisa terlaksana.


Hiduplah Untuk Hari Ini

Hapus keluh kesah hari kemaren
Hapus keluh kesah masa depan
Hiduplah untuk hari ini

Kesedihan hari kemaren merupakan bencan
kesedihan masa depan merupakan bencana
Hiduplah untuk hari ini

Hiduplah untuk hari ini
Belum tentu besok bisa melihat fajar



Sering kita memikirkan mau jadi apa saya nanti...

Satu hal yang saya ketahui tentang kodrat manusia ialah bahwa kita cenderung untuk menolak hidup ini. kita semua memimpikan taman bunga mawar ajaib di balik cakrawala, padahal kita seharunya dapat menikmati mawar indah yang mekar dan berkembang hari ini diluar jendela rumah kita.

Urut-urutan hidup sungguh sangat aneh ! ketika kecil saya berkata, 'Bila saya sudah besar'. Tapi apa ini artinya ?




Tidak semua yang kita inginkan itu baik bagi kita..,

Tuhan tahu apa yang terbaik bagi kita.

Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot..
Namun, sesuatu pun terjadilah.

Gedung putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru.

Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington. Setiap hari aku berlari ke kotak pos.

Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan ! Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku. Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi.! Aku tahu aku semakin dekat pada impianku.
Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center.

Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ?

Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa..



Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan ?!
Kenapa bukan aku ?! Bagian diriku yang mana yang kurang ?!
Mengapa aku diperlakukan kejam ?!

Aku berpaling pada ayahku.
Katanya, "Semua terjadi karena suatu alasan.."

Selasa, 28 Jan! uari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali.
Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku ?! Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang.

Aku teringat kata-kata ayahku, "Semua terjadi karena suatu alasan.." Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang.

Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.

Thanks and regards,
email from : Titin Fatimah


Email ini membuat sadar akan do'a-do'a ku yang belum dikabulkan oleh Allah, Allah Maha tahu apa yang terbaik buat kita, walau di dunia kita biasa saja Insya Allah di Akhirat diangkat derajat kita disisinya, Patuh dan Tunduk hanya kepada Allah.